Senin, 10 Maret 2008

TAHAPAN & PROSES UKHUWAH ISLAMIYAH

TAHAPAN & PROSES UKHUWAH ISLAMIYAH
Ikhwah/akhawat fiLlah,
Assalamu'alaikum
Abu Zahra dalam postingnya "Potensi Islam" kemarin, secara pas, telah menyoroti dua hal - aqidah dan ukhuwah yang kuat -sebagai prasyarat datangnya pertolongan dan kemenangan hakiki yang dijanjikan Allah Rabbul 'alamiin. Jazakallahu khair Abu Zahra, tulisan akhi benar-benar dapat memperluas wawasan saya.
Saya ingin mengulas lebih jauh mengenai elemen kedua, yaitu ukhuwah, yang telah dibahas karakteristik dan prekondisinya dalam tulisan "Potensi Islam" tersebut. Saya sependapat dengan akh AbuZahra bahwa ukhuwah Islamiyah muncul mengikuti potensi aqidah dan merupakan ni'mat yang Allah berikan dan atas kehendak Allah. Kita hanya dapat berupaya untuk selalu mempersatukan hati-hati kita,namun Allah jugalah yang dapat memadukannya (Al-Anfal:63).
Berkenaan dengan upaya peningkatan ukhuwah Islamiyah ini, saya ingin share satu uraian yang saya rangkum dari tulisan Dr.AbduLlah Nasikh 'Ulwan dalam bukunya "Ukhuwah Islamiyah". Tulisan yang dilandasi dengan pengalaman beliau di lapangan da'wah, merinci tahapan-tahapan (marahil) yang pernah ditempuh oleh RasuluLlah dan para sahabat, dan selayaknya merupakan dasar pijakan kita dalam membina ukhuwah Islamiyah, di negeri manapun kita berada.
Program penguatan ikatan ukhuwah Islamiyyah membutuhkan proses yang tidak singkat, bertahap dan berkesinambungan. Setidaknya ada empat tahap yang mesti dilalui sebelum terwujudnya ukhuwah Islamiyyah yang benar-benar kuat dan utuh.
1. Tahap Saling Kenal (Ta'aruf).
Dalam tahap ini, seorang muslim tidak hanya mengenal begitu saja saudaranya; akan tetapi lebih jauh mencoba mengenali penampilan, sifat-sifat (shaksiyah) dan pemikiran saudaranya. pengenalan dalam tahap ini mencakup aspek jasadiy (fisik), fikriy(pemikiran) dan nafsiy (kejiwaan).
2. Tahap Saling Memahami (Tafahum).
Ini merupakan tahap yang penting, karena mencakup berbagai proses penyatuan. Seperti juga dalam fase pertama, ruang lingkup proses tafahum ini kurang lebih sama. Perbedaannya terletak pada intensitas pengenalan. Pada tahap ini, setiap muslim dituntut untuk memahami kebiasaan, kesukaan, karakter, ciri khas individu dan juga cara berpikir saudaranya. Dengan demikian perasaan-perasaan seperti "tidak enak", "tidak cocok" dan lain sebagainya dapat dieliminasi dalam rangka saling menasehati. Dalam tahapan ini terdapat tiga buah proses perpaduan, yang meliputi:
2.1. Perpaduan hati (Ta'liful Qulb).
Penyatuan hati merupakan asas awal yang mesti ada dalam proses pembentukan ukhuwah, sebab hati (qalbu) merupakan sumber gerak dan sikap seseorang dalam menilai, memilih, memilah, mencinta dan membenci orang lain. Bila hati telah terpaut dan jiwa telah terpadu, barulah persaudaraan seseorang dengan yang lainnya bisa berjalan mulus, bersih dan penuh rasa kasih. Hati manusia hanya bisa disatukan secara murni dan bersih apabila bermuara pada satu simpul ikatan yang fitrah. Simpul tali itu adalah aqidah (seperti yang telah dibahas Abu Zahra). Inilah satu-satu-nya dasar berpijak, bertemu dan pengikat yang utuh dan abadi (AliImran:103).
2.2. Perpaduan Pemikiran (Ta'liful Afkar).
Dalam proses ini, orang-orang yang sudah sehati sepatutnya berhimpun bersama untuk mempelajari suatu sumber yang sama sehingga menghasilkan suatu fikrah (cara berfikir) yang serupa. Dan yang jauh lebih penting adalah bila terjadi perbedaan cara pandang, maka dengan starting point cara berpikir yang sama akan dapat diselesaikan dengan segera, sehingga dapat meningkatkan efektifitas kerja. Ikatan ukhuwah Islamiyyah adalah ikatan yang aktif dan dinamis dalam menegakkan kalimat Allah. Untuk itu diperlukan tidak hanya sekedar hati yang ikhlas tetapi juga gagasan, pemikiran, konsep dan idealisme yang cemerlang. Meskipun sekelompok individu telah saling mengikatkan diri, sehati dan sejiwa; namun karena terdapat perbedaan orientasi dan wawasan pemikiran, maka strategi dan taktik pun menjadi berantakan. Akhirnya kerja berakhir pada kegagalan dan kekalahan. Oleh karena itulah tahap "penyatuan pemikiran" ini mutlak adanya.
2.3. Perpaduan Kerja (Ta'liful 'Amal)
Individu-individu yang telah berhimpun di atas persamaan tujuan dan pemikiran ini, tidak boleh hanya berdiam diri saja atau bekerja sendiri-sendiri (single fighter). Adalah merupakan sunatullah bahwa segala yang diam di tempat, cenderung menjadi penyakit. Air yang tergenang bisa menjadi sumber penyakit, demikian pula dengan kumpulan individu yang bersemangat tinggi dan memiliki setumpuk gagasan cemerlang, akan menjadi "penyakit" bila tidak ada langkah kerjanya. Oleh karena itu sangat perlu adanya kerja nyata dalam berbagai bidang dan keahlian. Agar kerja itu efektif, maka harus terakit dalam suatu kerja yang terarah.
3. Tahap Saling Tolong (Ta'awun).
Dalam proses penyatuan kerja, mutlak diperlukan adanya tolong-menolong yang merupakan kelanjutan dari tahap tafahum (saling memahami) pada point 2 di atas. Saling kenal saja, tanpa dilanjutkan dengan saling memahami, tidak akan mampu membentuk hubungan antar individu yang mampu tolong menolong, saling isi-mengisi dengan kekurang dan kelebihan yang terdapat pada tiap individu.
4. Rasa Senasib Sepenanggungan (Takaful).
Tahap ini merupakan muara dari proses ukhuwah Islamiyyah, yaitu terletak pada timbulnya rasa senasib dan sepenanggungan, suka maupun duka, dalam tiap langkah kerja. Bila fase takaful ini terwujud, maka ikatan ukhuwah Islamiyyah pun terbentuk dengan utuh. Ikhwan/akhwat fillah, dari rangkuman ini dapat kita lihat bahwa upaya penyatuan pribadi-pribadi muslim dalam suatu kerja Islami adalah merupakan perbuatan yang sia-sia, bila tidak diawali dengan tahapan dan proses yang telah disebutkan di atas.
Wallahu'alam bissawab
Wassalamu'alaikumabu
tarbiyah@isnet.org

Tidak ada komentar: